![]() |
Suasana pameran di studio Lingkara Photo Art, Denpasar, Kamis (13/8/2015) malam.[YB] |
Mereka yang berpameran adalah Ayyiex Falgunadi, Alma, Dechi Dewa Rudita, Ismail Ilmi, Irawan Zuhri, Ida Adi, M. Samsul Hadi, Nolandia Wijaya, Nyoman Sarja Wiryadi, Parwata Komang, Rudi Waisnawa, Sulaiman Riot, Wisnu Wirawan, dan Yepe.
Para fotografer yang sebelumnya pernah pameran dalam Showcase #IV menunjukkan konsistensi, terus mengasah wacana dan praktik fotografi terhadap kepekaan apa yang mereka tangkap dalam kehidupan sehari-hari.
Mungkin inilah karya-karya fotografi yang dimaksudkan horor sebagai praktik fotografi tematik yang lebih segar. Pameran satu komunitas di galerinya sendiri menjabarkan bagaimana horor menjadi pilihan.
Pada dasarnya horor dimaknai dengan kengerian, sehingga karya-karya pameran horor seperti manifesto dalam sebentuk cerita lain. Fotografi memang terbuka dan membebaskan, namun bisa didekati dengan tujuan yang akan digarap sebagai bacaan yang ingin disampaikan.
Ada kecenderungan foto-foto yang dipamerkan seperti terjebak dalam wilayah estetika bahkan nyaris luput dari sentuhan horor sebenarnya. Namun juga ada karya foto yang secara personalitas visual sangat tajam akan aspek kedalaman makna dan pesan. Kenyataan pembacaan horor sebenarnya lebih ke kebebasan bahasa ungkap secara personal fotografer.
Sangat susah memberikan tekanan ketika identitas horor harus menjadi level standar. Inilah sebenarnya sebuah tantangan maupun pilihan sekaligus pertarungan personalitas fotografer. Ruang horor yang telah disepakati diusung secara halus menuju capaian intertekstualitas yang mungkin lebih dari sekadar capaian estetis.
Merujuk pada karya-karya fotografi yang dipamerkan, kiranya masih terbentang jalan panjang menuju substantif dari setiap tema yang dijadikan project di showcase berikutnya. [Yudha Bantono]
0 komentar: